Senin, 22 Desember 2014


PERANAN FISIOTERAPI DALAM PENANGANAN AUTISME

A. Pengertian Fisioterapi dan Pediatri
Fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan guna memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanik), serta pelatihan fungsi.Ada beberapa cabang dalam spesialisasi fisioterapi salah satunya yakni pediatri.
Pediatri adalah spesialisasi fisioterapi yang berkonsentrasi pada perkembangan kesehatan, perawatan, dan penanganan anak-anak dari bayi sampai remaja.Tujuan dari fisioterapi pediatri adalah untuk meminimalkan dampak gangguan fisik untuk mempromosikan fungsi yang optimal dan pengembangan musculoskeletal.
Fisioterapi pediatri atau fisioterapi khusus anak-anak membantu mendeteksi awal pada masalah kesehatan dan menggunakan berbagaiperalatan yang bervariasi untuk merawat berbagai gangguan yang dialami oleh populasi anak-anak didunia pada umumnya. Fisioterapis ini memfokuskan pada diagnosis, perawatan, penanganan bayi,anak dan remaja yang mengalami penyakit bawaan, perkembangannya, syaraf dan otot, tulang atau pola gangguan penyakit.Salah satu kasus yang sering ditangani oleh para fisioterapis pediatri adalah Down Syndrome atau sering kita kenal dengan autisme atau autis.

B. Pengertian Autisme
Autisme adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan gangguan perkembangan yang mempengaruhi otak.Gangguan pada otak ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, dan merespon dunia luar dengan baik.
Orang yang menderita autisme punya kecenderungan untuk mengulangi tindakan atau ketertarikannya, dan punya pola berpikir yang kaku.Penderita autisme mempunyai berbagai tingkatan.Sebagian penderita autisme ini bisa berfungsi pada tingkat yang relatif tinggi yaitu dengan kemampuan untuk berbicara dan kecerdasan yang utuh. Sementara yang lain, punya tingkat kesulitan yang serius untuk berbicara, dan sebagian yang lain sama sekali tidak mampu berbicara.
Autisme bukan semacam vonis yang tak bisa ditawar lagi.Ada sejumlah terapi yang bisa dilakukan. Menurut Melly Budhiman, Ketua Yayasan Autisme Indonesia, semakin cepat dilakukan penanganan terhadap penderita autisme, hasilnya akan semakin baik pula. Terapi yang dilakukan sejak dini dapat menghilangkan gejala yang umumnya terjadi pada anak autis, hingga akhirnya si anak bisa sejajar dengan teman-temannya yang lahir normal.
a.       Penyebab Autisme
-          Pola makan ibu waktu hamil yang salah
-          Stress yang terjadi pada ibu hamil
-          Pola asuh yang salah
-          Antisipasi yang lambat saat melakukan terapi autis
b.      Ciri-Ciri Autisme
-          Gangguan emosi
Ciri anak auts adalah ditandai dengan kemampuan yang minim untuk bisa mengendalikan emosi. Mereka juga biasanya cenderung tidak bisa berempati, tidak bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, sedih atau juga senang namun tanpa ad sebab yang jelas, sering menangis dan juga tertawa sendiri, memukul dan bisa melakukan kekerasan agar apa yang diinginkannya bisa didapatkan.
-          Sensorik yang terganggu
Ciri anak autis lainnya adalah sensorik yang terganggu, biasanya ia lebih memilih untuk telanjang dibandingkan untuk memakai pakaian karena merasa bahan yang dipakai tidak nyaman dan menimbulkan gangguan sensor pada kulitnya. Selain itu anak autis juga tidak takut akan bahaya serta tidak mengenal rasa sakit.
-          Komunikasi yang terhambat
Anak autis biasanya lambat bicara, bicara dengan suara atau kata-kata yang tidak jelas, tidak mengerti suatu pembicaraan, meniru pembicaraan, wajah datar saat sedang bicara, dan untuk kasus pasrah bahkan tidak bisa berbicara.Biasanya anak yang menderita autis tidak komunikatif dan tidak bisa memulai atau menjaga pembicaraan secara dua arah.
-          Gangguan pada interaksi sosial
Interaksi sosial yang terhambat misalnya adalah lebih cenderung menghindari kontak mata saat sedang berhadapan dengan lawan bicara, lebih suka menyendiri, menarik diri dan menarik tangan orang yang terdekat untuk bisa melakukan hal yang dia inginkan.Ciri anak autis tidak suka untuk diajak bermain dan tidak bisa mencari teman dengan cepat.
-          Mempunyai masalah saat sedang bermain
Anak yang biasanya mempunyai ciri autis akan sangat tertarik pada roda sehingga ia akan bermain selama berjam-jam , hal ini juga dilakukan secara berulang dan dilakukan dengan terus menerus.selain itu, ia mempunyai cara yang aneh dalam memainkan permainan dan hal ini bisa dilakukan sampai menjadi suatu kebiasaan.

C. Jenis-jenis Terapi
Ada bermacam-macam terapi, namun terapi untuk penderita autisme biasanya berbeda-beda bergantung pada kebutuhan masing-masing si penderita. Waktu atau durasi terapi dan keberhasilannya juga tidak sama. Peran serta orang tua dengan rajin mengulang terapi di rumah, tingkat kecerdasan anak, serta ringan atau beratnya autisme akan sangat berpengaruh. Berikut ini beberapa jenis terapi yang sering dilakukan:

1. Terapi Latihan Fisik
Bentuk terapi latihan fisik ini antara lain senam untuk menguatkan otot, peregangan (stretching), pijatan di daerah otot yang tegang, dan latihan keseimbangan. Pelaksanaannya berbeda untuk tiap penderita, tergantung masalah yang dialami.Ada anak autis yang sangat hiperaktif atau sebaliknya terlalu diam dan malas bergerak.

2. Terapi Air
Penderita autisme umumnya takut dengan air.Padahal latihan yang dilakukan di kolam renang bisa membantu memulihkan kondisi fisik penderita autisme lebih cepat daripada di darat.Sebab, tekanan di dalam air membantu mengencangkan otot-otot, terutama di bagian lengan dan kaki.
Gerakan yang dilakukan sebagian besar berupa senam dan stretching. Bila penderita sudah mampu mengatasi rasa takut berada di dalam air, latihan akan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan dasar berenang.

3. Terapi Okupasi
Penderita autisme biasanya mendapati kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.Bukan cuma itu, mereka juga tidak tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.Padahal, bagi anak-anak normal, pekerjaan seperti itu mudah saja dilakukan.
Problem ini timbul lantaran penderita autisme umumnya mengalami gangguan motorik.Untuk mengembangkan motorik halusnya, terapi okupasi adalah salah satu jalan keluar.
Ada beberapa latihan yang dilakukan, antara lain latihan berkonsentrasi menyusun barang-barang kecil (meronce) yang melibatkan kerja otak, mata, dan tangan secara bersama-sama. Untuk melatih motorik tangan, penderita autisme juga diajari cara memegang pensil, pulpen, atau sendok dengan benar. Pada terapi ini, biasanya diajarkan juga melakukan kegiatan sehari-hari (activity daily living) seperti cara memakai topi, sepatu, dan baju. Juga bagaimana cara makan dan minum tanpa bantuan orang lain, membedakan benda-benda yang kasar dan halus, serta melatih indra penciuman seperti mencium bau atau wangi.

4. Terapi Wicara
Bukan rahasia lagi, kemampuan berbicara penderita autisme berkembang dengan amat lambat.Saat teman-teman sebayanya sudah pandai bercerita, anak autis biasanya sulit sekali bersuara sekalipun untuk sepatah kata.Kalaupun akhirnya mengoceh, suara dari bibir mereka terdengar aneh dan sering seperti gumaman yang sulit dimengerti.
Dengan terapi wicara, kemampuan berbicara anak autis jadi terdongkrak. Mereka yang telah sukses menjalani terapi ini akan mudah bercakap-cakap. Bahkan ada beberapa anak autis yang kemampuan bahasanya di atas anak-anak normal sebayanya.
Ada sejumlah latihan yang mesti dilakukan seperti bertepuk tangan dengan ritme yang berbeda-beda, mengimitasi bunyi vokal, mengimitasi kata dan kalimat, belajar mengenal kata benda dan sifat, merespons bunyi-bunyi dari lingkungan sekitar dan belajar membedakannya, mengembangkan kemampuan organ artikulasi, belajar berbagai ekspresi yang mewakili perasaan (sedih, senang, cemas, sakit, dan marah), menangis, berlatih mengangguk untuk mengatakan "ya", menggeleng untuk "tidak", dan lain-lain, juga belajar merangkai kata, frase, dan kalimat. Untuk alat bantu, biasanya digunakan gambar ataupun benda.

5. Terapi Tingkah Laku
Patuh adalah salah satu kesulitan yang sering dialami penderita autisme.Terapi tingkah laku meliputi berbagai hal misalnya diajarkan bagaimana duduk diam dengan tangan dilipat di atas meja. Biasanya terapis akan menggunakan kalimat perintah yang agak keras untuk membuat anak berkonsentrasi. Penderita autisme lebih banyak tenggelam dalam dunianya sendiri dan, karena itu, akan diajak berkomunikasi dengan orang lain, termasuk melalui kontak mata.
Salah satu metode yang terkenal untuk mengajarkan terapi tingkah laku adalah Applied Behavior Analysis (ABA) atau sering disebut pula metode Lovaas. Diadopsi dari nama penemunya, metode ini baru diterapkan di Indonesia sekitar tahun 1997. Dengan cirinya yang terstruktur, terarah, dan terukur.Metode ini memudahkan orang tua memantau perkembangan anak mereka.
Materi yang diajarkan antara lain memasangkan benda-benda seperti piring dengan gelas dan mengidentifikasi benda-benda di sekitar. Si penderita misalnya diminta mengambil benda yang disebut oleh terapis serta melakukan pekerjaan yang diperintahkan.Selain itu, diajarkan pengetahuan akademis dalam tingkat yang sederhana, misalnya belajar mengenal huruf dan angka.
Model ini juga mengajari anak autis memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan teman-temannya, dua hal yang sangat sulit dilakukan oleh penderita.
Penderita autisme biasanya juga mengalami gangguan pada motorik kasarnya-selain motorik halus. Problem yang kerap timbul antara lain anak tidak bisa berjalan dengan menjejakkan telapak kakinya ke lantai (berjalan jinjit). Anak autis juga kerap sulit mencontoh gerakan yang diperagakan terapis, misalnya memainkan tangan, kaki, atau kepala.Untuk mengatasinya, bisa diterapkan fisioterapi.

6. Terapi Musik
Tak dapat disangkal, musik adalah sebuah keajaiban. Bukan hanya mempesona bagi mereka yang terlahir normal, musik bisa menjadi salah satu alat bantu terapi.
Terapi musik bisa digunakan sebagai alat bantu untuk memecahkan kebuntuan komunikasi pada anak. Musik adalah alat ampuh untuk mengembangkan kepekaan suara dan mendongkrak kemampuan berbahasa pada anak.Selain itu, terapi ini bisa mendobrak dinding yang seolah memisahkan anak dengan lingkungannya dan mengajari anak bersosialisasi.
Metode yang dilakukan antara lain mengenalkan musik melalui bunyi atau lagu. Selanjutnya, anak akan meniru lagu yang diputar dan melakukan gerakan seperti dalam lagu. Cara ini bisa meningkatkan fungsi indra pendengaran dan merangsang kemampuan berbicara.

7. Terapi Diet
Presentase kemungkinan alergi makanan pada anak autis lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak menderita autisme. Diketahui alergi makanan pada anak autis mencapai empat sampai lima kali lipat lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan perbedaan sistem kekebalan tubuh pada anak-anak dengan autisme, dimana produksi senyawa antibodi yang bereaksi dengan komponen penyebab alergi lebih tinggi pada anak-anak dengan autisme.
Selain itu, diketahui bahwa anak autis memiliki peningkatan frekuensi gangguan yang berkaitan dengan saluran pencernaan.Beberapa gejala yang sering muncul antara lain diare, konstipasi, refluks gastrointestinal, selektif terhadap makanan, dan rasa tidak nyaman di perut.
Mengingat frekuensi gangguan saluran pencernaan dan alergi makanan pada anak autis relatif tinggi, diyakini bahwa makanan anak autis bersifat khusus dan spesifik.Karena itulah, salah satu jenis terapi yang banyak dikembangkan dan diikuti adalah terapi diet untuk anak autis.Terapi ini biasanya meliputi pembatasan makanan tertentu.
Ada beberapa makanan yang harus dihindari, antara lain camilan yang mengandung gluten, kasein, serta zat lain seperti penambah rasa (MSG), pewarna makanan, gula sintetis, dan ragi yang digunakan untuk fermentasi makanan.
Gluten adalah protein yang didapat dari tepung terigu seperti sereal gandum, barley, dan oat, juga makanan yang dibuat dari olahan tepung terigu seperti mi, roti, dan kue kering.Kasein merupakan protein yang berasal dari susu hewan serta hasil olahannya seperti keju, susu asam, dan mentega. Sebagai gantinya, bisa diberikan susu yang diolah dari kedelai, kentang, almon, dan lain-lain.














PENGANTAR FISIOTERAPI
PERANAN FISIOTERAPI DALAM PENANGANAN AUTISME



OLEH:
1. NI MADE WAHYUNI DEWI                                             (1402305006)
2. ANAK AGUNG ISTRI WIWIN ISWANTI LARAS           (1402305012)
3. NI KADEK UTARI WARMADEWI                                  (1402305013)
4. NI KOMANG DEWI SEMARIASIH                                  (1402305024)
5. NI KADEK MERRY MARTH ARDYASTIN                     (1402305027)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

Kamis, 23 Oktober 2014

sejarah fisioterapi dunia dan indonesia

Sejarah Fisioterapi
oleh : Wiwin Anak Agung


Nama Bagus        :Glenohumeral articulation
NIM                     : 1402305012
Nama Kelompok : Shoulder

SEJARAH FISIOTERAPI


Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubh sepanjang rentang kehidupan (Keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia, 2008). Fisioterapi atau Terapi Fisik secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan modalitas fisik (fisika).  beberapa modalitas fisik yang terdapat di pergunakan antara lain : listrik, suara, panas, dingin, magnet, tenaga gerak dan air.
Praktek fisioterapi atau terapi fisik sudah dimulai sejak abad 2500 SM di China berupa akupuntur dan berbagai teknik manual therapy. Penggunaan fisioterapi juga sudah tercatat dalam "Ayurveda" yang merupakan suatu sistem kedokteran paling tua dan sampai sekarang masih dipraktekkan dan diakui oleh India sebagai bagian dari sistem kesehatan negara. Pada kedokteran barat, tercatat pada tahun 460 SM, Hippocrates sudah menggambarkan massage dan hydrotherapy sebagai alternatif penyembuhan berbagai penyakit. Pada era modern, fisioterapi mulai banyak dikembangkan pada tahun 1896 di London yang pada mulanya bertujuan untuk meningkatkan mobilitas penderita yang dirawat inap di rumah sakit untuk menjaga kekuatan dan fungsi otot. Ilmu fisioterapi kemudian berkembang pesat dan mulai dilakukan standardisasi layanan dan profesi fisioterapi yang terutama didasarkan pada ilmu kedokteran modern. Pada tahun 1920 mulai dibentuk perkumpulan ahli fisioterapi di Inggris yang kemudian diikuti oleh berbagai negara lain. Perkembangan ilmu dan layanan fisioterapi juga dipengaruhi oleh perang dunia I dan II dimana pada saat tersebut dan paska perang terdapat peningkatan kebutuhan  perawatan dan rehabilitasi korban perang.
Arti istilah fisioterapi diseluruh dunia sangan beraneka ragam, tiap negara mencoba menggali jati diri profesi Fisioterapi menurut pemahaman masing-masing, sementara definisi fisioterapi koncensional yang masih menganggap ilmu dan seni pengobatan dengan memakai sumber fisis sudah tidak relevan lagi, Istilah Fisioterapi merupakan istilah asing yang telah di Indonesia-kan bukan diterjemahkan aslinya dari kata Physical Therapy(negara - negara Amerika) , Fisioterapi ( Indonesia),Physiotherapy (negara Eropa), Fysiotherapie ( Belanda ) adalah istilah-istilah yang pada hakekatnya sama mempunyai nilai nilai, konsep, paradigma, yang bersifat universal. Untuk menjaga kesamaan tersebut, Indonesia tidak menterjemahkan istilah tersebut menjadi terapi fisik, bahkan di Malaysia yang tadinya disebut " Juru Pulih Anggota" telah kembali kepada istilah Physiotherapy , demikian pula orang yagn telah berhak menjalankan pekerjaan Fisioterapi disebut Fisioteapis, Physioterapist, Physical Therapist, Fysioterapuet. Profesi fisioterapi telah berkembang demikian pesat di dunia, bahkan Fisioterapi merupakan salah satu dari 10 besar profesi yang berkembang di Amareika dalam dekade ini, setelah para pakar Fisioterapi dunia menggali jati diri ini menjadi konsep Fisioterapi baik apa itu Fisioterapi , apa itu fisioterapis, bagaimana pola pelayanannya, pola pendidikan serta bagaimana otonomi Fisioterapi sebagai suatu profesi. Karena perkembangan yang begitu cepat tersebut baik dalam perkembangan pelayanan mauoun dalam keilmuan serta perkembangan tuntutan masyarakat, ekonomi dan efisiensi dan lain sebagainya, setiap mencoba mencari jati diri yang tepat memungkinkan untuk berkembang sesuai dengan kaidah kaidah jari diri profesi fisioterapi. Indonesia dalam kongres nasional Ikatan Fisioterapi Indonesia VI di Solo tahun 1992 menyepakati suatu paradigma baru Fisioterapi yang dibangun dari falsafah - falsafah yang diyakini kebenarannya. Beberapa pakar dunia mencoba membuat definisi profesi fisioterapi yang pendekatan sisitematis baik menurut teori kajian falsafat ilmu maupun melihat dari perkembangan tuntuttan dan kebutuhan masyarakat masing masing negara. Keanekaragaman penggambaran fisioterapi ini merupakan issue yang mengemuka dalam kongres/general assemblu WCPT XII tahun 1991 di London yang kemudian membuat kelompok kerja untuk menyusun Draft Description of Physical Therapy. Demikian pula negara - negara lain, masing masing mencoba merumuskan definisi Fisioterapi se dunia ( World Confederation for Physical Therapy) XII di Washington DC Juni 1995 memutuskan jati diri Disiterapi yang berlaku di seluruh dunia. Bahkan keputusan-keputusan tersebut disertai suatu deklarasi yang berisikan pronsip -prinsip fisioterapi serta pernyataan posisi ( Declaration of Principle and Position Statement yang memungkinkan disioterapi berkembang secara cepet di seluruh Dunia.

Fisioterapi di Indonesia pada awalnya merupakan satu profesi (lebih tepatnya satu vokasi) kesehatan. Dimulai dari didirikannya Sekolah Perawat Physiotherapy di Solo tahun 1956 oleh Bapak Fisioterapi Indonesia Prof.dr. Soeharso (Alm). Beliau juga merupakan pioneer dalam keahlian bidang orthopedi melalui pendirian lembaga Orthopedi dan Prothese Solo. Lembaga ini merintis penanganan awal dari upaya rehabilitasi medik penderita cacat tubuh terutama pada cacat veteran korban revolusi fisik 1945 dan cacat anak akibat polio myelitis yang pada saat itu banyak terjadi. Baik untuk pelayanan pra bedah dan pasca bedah orthopedi jasa pelayanan fisioterapi sangat diperlukan.