PERANAN
FISIOTERAPI DALAM PENANGANAN AUTISME
A. Pengertian Fisioterapi dan
Pediatri
Fisioterapi adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan guna memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanik), serta pelatihan fungsi.Ada beberapa cabang
dalam spesialisasi fisioterapi salah satunya yakni pediatri.
Pediatri
adalah spesialisasi fisioterapi yang berkonsentrasi pada perkembangan
kesehatan, perawatan, dan penanganan anak-anak dari bayi sampai remaja.Tujuan
dari fisioterapi pediatri adalah untuk meminimalkan dampak gangguan fisik untuk
mempromosikan fungsi yang optimal dan pengembangan musculoskeletal.
Fisioterapi pediatri atau
fisioterapi khusus anak-anak membantu mendeteksi awal pada masalah kesehatan
dan menggunakan berbagaiperalatan yang bervariasi untuk merawat berbagai
gangguan yang dialami oleh populasi anak-anak didunia pada umumnya.
Fisioterapis ini memfokuskan pada diagnosis, perawatan, penanganan bayi,anak
dan remaja yang mengalami penyakit bawaan, perkembangannya, syaraf dan otot,
tulang atau pola gangguan penyakit.Salah satu kasus yang sering ditangani oleh
para fisioterapis pediatri adalah Down
Syndrome atau sering kita kenal dengan autisme atau autis.
B. Pengertian Autisme
Autisme adalah istilah yang merujuk
pada sekumpulan gangguan perkembangan yang mempengaruhi otak.Gangguan pada otak
ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, dan merespon dunia luar dengan baik.
Orang yang menderita autisme punya
kecenderungan untuk mengulangi tindakan atau ketertarikannya, dan punya pola
berpikir yang kaku.Penderita autisme mempunyai berbagai tingkatan.Sebagian
penderita autisme ini bisa berfungsi pada tingkat yang relatif tinggi yaitu dengan
kemampuan untuk berbicara dan kecerdasan yang utuh. Sementara yang lain, punya
tingkat kesulitan yang serius untuk berbicara, dan sebagian yang lain sama
sekali tidak mampu berbicara.
Autisme bukan semacam vonis yang tak
bisa ditawar lagi.Ada sejumlah terapi yang bisa dilakukan. Menurut Melly
Budhiman, Ketua Yayasan Autisme Indonesia, semakin cepat dilakukan penanganan
terhadap penderita autisme, hasilnya akan semakin baik pula. Terapi yang
dilakukan sejak dini dapat menghilangkan gejala yang umumnya terjadi pada anak
autis, hingga akhirnya si anak bisa sejajar dengan teman-temannya yang lahir
normal.
a.
Penyebab
Autisme
-
Pola
makan ibu waktu hamil yang salah
-
Stress
yang terjadi pada ibu hamil
-
Pola
asuh yang salah
-
Antisipasi
yang lambat saat melakukan terapi autis
b.
Ciri-Ciri
Autisme
-
Gangguan
emosi
Ciri anak
auts adalah ditandai dengan kemampuan yang minim untuk bisa mengendalikan
emosi. Mereka juga biasanya cenderung tidak bisa berempati, tidak bisa
merasakan apa yang orang lain rasakan, sedih atau juga senang namun tanpa ad
sebab yang jelas, sering menangis dan juga tertawa sendiri, memukul dan bisa
melakukan kekerasan agar apa yang diinginkannya bisa didapatkan.
-
Sensorik
yang terganggu
Ciri anak
autis lainnya adalah sensorik yang terganggu, biasanya ia lebih memilih untuk
telanjang dibandingkan untuk memakai pakaian karena merasa bahan yang dipakai
tidak nyaman dan menimbulkan gangguan sensor pada kulitnya. Selain itu anak
autis juga tidak takut akan bahaya serta tidak mengenal rasa sakit.
-
Komunikasi
yang terhambat
Anak autis
biasanya lambat bicara, bicara dengan suara atau kata-kata yang tidak jelas,
tidak mengerti suatu pembicaraan, meniru pembicaraan, wajah datar saat sedang
bicara, dan untuk kasus pasrah bahkan tidak bisa berbicara.Biasanya anak yang
menderita autis tidak komunikatif dan tidak bisa memulai atau menjaga
pembicaraan secara dua arah.
-
Gangguan
pada interaksi sosial
Interaksi
sosial yang terhambat misalnya adalah lebih cenderung menghindari kontak mata
saat sedang berhadapan dengan lawan bicara, lebih suka menyendiri, menarik diri
dan menarik tangan orang yang terdekat untuk bisa melakukan hal yang dia
inginkan.Ciri anak autis tidak suka untuk diajak bermain dan tidak bisa mencari
teman dengan cepat.
-
Mempunyai
masalah saat sedang bermain
Anak yang
biasanya mempunyai ciri autis akan sangat tertarik pada roda sehingga ia akan
bermain selama berjam-jam , hal ini juga dilakukan secara berulang dan
dilakukan dengan terus menerus.selain itu, ia mempunyai cara yang aneh dalam
memainkan permainan dan hal ini bisa dilakukan sampai menjadi suatu kebiasaan.
C. Jenis-jenis Terapi
Ada bermacam-macam terapi, namun
terapi untuk penderita autisme biasanya berbeda-beda bergantung pada kebutuhan
masing-masing si penderita. Waktu atau durasi terapi dan keberhasilannya juga
tidak sama. Peran serta orang tua dengan rajin mengulang terapi di rumah,
tingkat kecerdasan anak, serta ringan atau beratnya autisme akan sangat
berpengaruh. Berikut ini beberapa jenis terapi yang sering dilakukan:
1. Terapi Latihan Fisik
Bentuk terapi latihan fisik ini
antara lain senam untuk menguatkan otot, peregangan (stretching),
pijatan di daerah otot yang tegang, dan latihan keseimbangan. Pelaksanaannya
berbeda untuk tiap penderita, tergantung masalah yang dialami.Ada anak autis
yang sangat hiperaktif atau sebaliknya terlalu diam dan malas bergerak.
2. Terapi Air
Penderita autisme umumnya takut
dengan air.Padahal latihan yang dilakukan di kolam renang bisa membantu
memulihkan kondisi fisik penderita autisme lebih cepat daripada di darat.Sebab,
tekanan di dalam air membantu mengencangkan otot-otot, terutama di bagian
lengan dan kaki.
Gerakan yang dilakukan sebagian
besar berupa senam dan stretching. Bila penderita sudah mampu mengatasi
rasa takut berada di dalam air, latihan akan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan
dasar berenang.
3. Terapi Okupasi
Penderita autisme biasanya mendapati
kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.Bukan cuma itu, mereka juga
tidak tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas
sehari-hari.Padahal, bagi anak-anak normal, pekerjaan seperti itu mudah saja
dilakukan.
Problem ini timbul lantaran
penderita autisme umumnya mengalami gangguan motorik.Untuk mengembangkan
motorik halusnya, terapi okupasi adalah salah satu jalan keluar.
Ada beberapa latihan yang dilakukan,
antara lain latihan berkonsentrasi menyusun barang-barang kecil (meronce) yang
melibatkan kerja otak, mata, dan tangan secara bersama-sama. Untuk melatih
motorik tangan, penderita autisme juga diajari cara memegang pensil, pulpen,
atau sendok dengan benar. Pada terapi ini, biasanya diajarkan juga melakukan
kegiatan sehari-hari (activity daily
living) seperti cara memakai topi, sepatu, dan baju. Juga bagaimana cara
makan dan minum tanpa bantuan orang lain, membedakan benda-benda yang kasar dan
halus, serta melatih indra penciuman seperti mencium bau atau wangi.
4. Terapi Wicara
Bukan rahasia lagi, kemampuan
berbicara penderita autisme berkembang dengan amat lambat.Saat teman-teman
sebayanya sudah pandai bercerita, anak autis biasanya sulit sekali bersuara
sekalipun untuk sepatah kata.Kalaupun akhirnya mengoceh, suara dari bibir
mereka terdengar aneh dan sering seperti gumaman yang sulit dimengerti.
Dengan terapi wicara, kemampuan
berbicara anak autis jadi terdongkrak. Mereka yang telah sukses menjalani
terapi ini akan mudah bercakap-cakap. Bahkan ada beberapa anak autis yang
kemampuan bahasanya di atas anak-anak normal sebayanya.
Ada sejumlah latihan yang mesti dilakukan
seperti bertepuk tangan dengan ritme yang berbeda-beda, mengimitasi bunyi
vokal, mengimitasi kata dan kalimat, belajar mengenal kata benda dan sifat,
merespons bunyi-bunyi dari lingkungan sekitar dan belajar membedakannya,
mengembangkan kemampuan organ artikulasi, belajar berbagai ekspresi yang
mewakili perasaan (sedih, senang, cemas, sakit, dan marah), menangis, berlatih
mengangguk untuk mengatakan "ya", menggeleng untuk "tidak",
dan lain-lain, juga belajar merangkai kata, frase, dan kalimat. Untuk alat
bantu, biasanya digunakan gambar ataupun benda.
5. Terapi Tingkah Laku
Patuh adalah salah satu kesulitan
yang sering dialami penderita autisme.Terapi tingkah laku meliputi berbagai hal
misalnya diajarkan bagaimana duduk diam dengan tangan dilipat di atas meja.
Biasanya terapis akan menggunakan kalimat perintah yang agak keras untuk
membuat anak berkonsentrasi. Penderita autisme lebih banyak tenggelam dalam
dunianya sendiri dan, karena itu, akan diajak berkomunikasi dengan orang lain,
termasuk melalui kontak mata.
Salah satu metode yang terkenal
untuk mengajarkan terapi tingkah laku adalah Applied Behavior Analysis (ABA)
atau sering disebut pula metode Lovaas. Diadopsi dari nama penemunya, metode
ini baru diterapkan di Indonesia sekitar tahun 1997. Dengan cirinya yang terstruktur,
terarah, dan terukur.Metode ini memudahkan orang tua memantau perkembangan anak
mereka.
Materi yang diajarkan antara lain
memasangkan benda-benda seperti piring dengan gelas dan mengidentifikasi
benda-benda di sekitar. Si penderita misalnya diminta mengambil benda yang
disebut oleh terapis serta melakukan pekerjaan yang diperintahkan.Selain itu,
diajarkan pengetahuan akademis dalam tingkat yang sederhana, misalnya belajar
mengenal huruf dan angka.
Model ini juga mengajari anak autis
memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan teman-temannya, dua hal yang
sangat sulit dilakukan oleh penderita.
Penderita autisme biasanya juga
mengalami gangguan pada motorik kasarnya-selain motorik halus. Problem yang
kerap timbul antara lain anak tidak bisa berjalan dengan menjejakkan telapak
kakinya ke lantai (berjalan jinjit). Anak autis juga kerap sulit mencontoh
gerakan yang diperagakan terapis, misalnya memainkan tangan, kaki, atau
kepala.Untuk mengatasinya, bisa diterapkan fisioterapi.
6. Terapi Musik
Tak dapat disangkal, musik adalah
sebuah keajaiban. Bukan hanya mempesona bagi mereka yang terlahir normal, musik
bisa menjadi salah satu alat bantu terapi.
Terapi musik bisa digunakan sebagai
alat bantu untuk memecahkan kebuntuan komunikasi pada anak. Musik adalah alat
ampuh untuk mengembangkan kepekaan suara dan mendongkrak kemampuan berbahasa
pada anak.Selain itu, terapi ini bisa mendobrak dinding yang seolah memisahkan
anak dengan lingkungannya dan mengajari anak bersosialisasi.
Metode yang dilakukan antara lain
mengenalkan musik melalui bunyi atau lagu. Selanjutnya, anak akan meniru lagu
yang diputar dan melakukan gerakan seperti dalam lagu. Cara ini bisa
meningkatkan fungsi indra pendengaran dan merangsang kemampuan berbicara.
7. Terapi Diet
Presentase
kemungkinan alergi makanan
pada anak autis lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak menderita
autisme. Diketahui alergi makanan pada anak autis mencapai empat sampai lima
kali lipat lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan perbedaan sistem kekebalan
tubuh pada anak-anak dengan autisme, dimana produksi senyawa antibodi yang
bereaksi dengan komponen penyebab alergi lebih tinggi pada anak-anak dengan
autisme.
Selain itu, diketahui bahwa anak
autis memiliki peningkatan frekuensi gangguan yang berkaitan dengan saluran
pencernaan.Beberapa gejala yang sering muncul antara lain diare, konstipasi,
refluks gastrointestinal, selektif terhadap makanan, dan rasa tidak nyaman di
perut.
Mengingat frekuensi gangguan saluran
pencernaan dan alergi makanan pada anak autis relatif tinggi, diyakini bahwa
makanan anak autis bersifat khusus dan spesifik.Karena itulah, salah satu jenis
terapi yang banyak dikembangkan dan diikuti adalah terapi diet untuk anak
autis.Terapi ini biasanya meliputi pembatasan makanan tertentu.
Ada beberapa makanan yang harus
dihindari, antara lain camilan yang mengandung gluten, kasein, serta zat lain
seperti penambah rasa (MSG), pewarna makanan, gula sintetis, dan ragi yang
digunakan untuk fermentasi makanan.
Gluten adalah protein yang didapat
dari tepung terigu seperti sereal gandum, barley, dan oat, juga
makanan yang dibuat dari olahan tepung terigu seperti mi, roti, dan kue
kering.Kasein merupakan protein yang berasal dari susu hewan serta hasil
olahannya seperti keju, susu asam, dan mentega. Sebagai gantinya, bisa
diberikan susu yang diolah dari kedelai, kentang, almon, dan lain-lain.
PENGANTAR FISIOTERAPI
PERANAN FISIOTERAPI DALAM
PENANGANAN AUTISME
OLEH:
1. NI MADE WAHYUNI DEWI
(1402305006)
2. ANAK AGUNG ISTRI
WIWIN ISWANTI LARAS (1402305012)
3. NI KADEK UTARI
WARMADEWI (1402305013)
4. NI KOMANG DEWI
SEMARIASIH (1402305024)
5. NI KADEK MERRY MARTH
ARDYASTIN (1402305027)
PROGRAM STUDI
FISIOTERAPI
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
2014